BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Dalam
kurun beberapa tahun belakangan ini kita menghadapi penyakit virus yang
mengenai saluran pernapasan sehingga komplikasi beberapa penderita menyebabkan
kematian, seperti SARS, Flu Burung (avian influenza), influenza A baru (Swine
Flu) dan sekarang kita menghadapi MERS-Cov (Middle East Respiratory Syndrome –
Coronavirus).
Ingatkah
dulu anda tahun 2003 kita menghadapi pandemi SARS (severe acute respiratory
syndrome) yang mematikan orang di negara-negara terjangkit yaitu Hongkong dan
Singapura sehingga WHO mengeluarkan pernyataan larangan berkunjung ke daerah
yang terjangkit SARS.
SARS
merupakan penyakit virus yang mematikan penderita dengan keluhan pernapasan
sehingga menyebabkan pasien susah bernapas kemudian mengalami komplikasi ke
paru berupa sindroma pernapasan berat sehingga menyebabkan kematian.SARS
merupakan penyakit yang menyebabkan sindrom pernapasan berat yang disebabkan
oleh coronavirus.
Pada
saat ini wabah MERS sudah menjadi pembicaraan di kalangan dunia.MERS ini
pertama sekali dilaporkan pada bulan April 2012 di Jordan. MERS Di Amerika
Serikat satu orang kasus konfirmasi MERS-CoV dilaporkan dan sudah membaik
kondisi kesehatannya, dan negara-negara lain pun terdapat beberapa kasus
konfirmasi MERS-Cov ini terutama di Saudia Arabia. Di Semenanjung Arab telah
dilaporkan kasus konfirmasi sekitar 449 kasus dengan kematian sekitar 121
penderita. Di Indonesia terdapat beberapa kasus suspek MERS ini dengan
penderita riwayat kunjungan ke daerah semenanjung Arab seperti di Medan ada
kasus suspek MERS meninggal dunia akibat sindrom pernapasan akut dengan
gambaran radiologis mengarah radang di kedua paru (bilateral pneumonia) dan
dilaporkan juga di Bali kasus suspek MERS juga meninggal dunia.
MERS
merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus. Pakar virus
menyatakan strain ini berbeda dengan SARS, MERS ini dikenal dengan novel
coronavirus atau “nCoV” yang merupakan beta coronavirus.
Middle East Respiratory Syndrome
Coronavirus (MERS-CoV), ini "pembunuh"
baru dari Timur Tengah. Virus ini telah menyerang 400 orang, menewaskan lebih
dari 100 penderita di Timur Tengah sejak kemunculan perdananya pada September
2012.
Pemerintah
Indonesia tidak mau anggap enteng hadapi virus itu. Menteri Koordinator
Kesejahteraan Rakyat sampai menggelar rapat koordinasi bersama Menteri Agama,
Menteri Kesehatan, Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri
Perhubungan untuk membahas penyebaran virus tersebut, Senin 5 Mei 2014.
MERS-CoV
mirip sindrom pernafasan akut berat atau Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Orang yang terkena MERS-CoV mengalami gejala demam, batuk, dan sesak
nafas selama tujuh hari hingga akhirnya mengakibatkan gagal ginjal dan
penumonia atau radang paru-paru akut. Penderita bisa juga terkena gejala
penyakit yang berhubungan dengan lambung dan usus, misalnya diare.
Virus
ini ditemukan pertama kali di Arab Saudi, dan sudah menyerang warga Prancis,
Jerman, Italia, Tunisia, Inggris, dan lain-lain. Mereka yang terinfeksi
rata-rata baru melakukan perjalanan dari Timur Tengah. Rata-rata korban
MERS-CoV berusia 51 tahun, walau ada juga yang berusia 2 bahkan 94 tahun.
Pejabat
Saudi menyatakan, kenaikan jumlah korban MERS-CoV tahun ini memiliki kesamaan
dengan tahun lau, yakni terjadi pada musim semi. Sampai saat ini belum ada
vaksin dan obat-obatan khusus untuk menangani virus itu. Dokter hanya dapat
mengobati gejalanya saja.
Selain
di Arab Saudi, kasus MERS-CoV juga dilaporkan terjadi di Qatar, Kuwait,
Yordania, Uni Emirat Arab, Oman, Tunisia, Perancis, Jerman, Italia, Yunani,
Filipina, dan Malaysia. Ada sekitar 15 negara yang warganya terserang virus
ini. Sabtu, 3 Mei 2014, penyebaran virus mematikan tersebut sampai ke Amerika
Serikat.
MERS-CoV
ditemukan pada seorang petugas kesehatan yang baru saja kembali ke Indiana,
Amerika Serikat, dari Arab Saudi. Pria itu kini dirawat dalam kondisi stabil.
Lembaga kesehatan publik AS, Centers for Disease Control and Prevention
(CDC), pun menelusuri penumpang pesawat yang melakukan kontak jarak dekat
dengan pria tersebut.
Untuk
menghindari paparan virus tersebut, Badan Kesehatan Dunia atau World Health
Organization (WHO) meminta masyarakat untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah menyentuh binatang, menghindari kontak dengan hewan yang sakit, dan
mengonsumsi makanan higienis.
WHO
memperingatkan agar semua wisatawan yang baru kembali dari Timur Tengah diuji
MERS-CoV, terutama bagi wisatawan dengan imunitas atau kekebalan tubuh lemah,
serta gejala diare.
1.2.
Tujuan
Tujuan
adalah untuk untuk memperluas pengetahuan tentang bagaimana mengetahui cara
agar terhindar dari virus MERS saat perjalanan ke Arab beserta dampak yang
ditimbulkannya terhadap pada manusia.
1.3.
Manfaat
Manfaatnya adalah kita dapat mengetahui lebih dalam
tentang masalah virus MERS beserta dampak yang ditimbulkannya dan kita dapat
mengetahui bahwa sebagian besar virus MERS disebabkan oleh hewan dari Unta.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Virus Mers
MERS adalah singkatan dariMiddle
East Respiratory Syndrome Corona Virus. Virus ini merupakan jenis baru dari
kelompokCoronavirus (Novel Corona Virus). Virus ini pertama kali dilaporkan
pada bulan September 2012 di Arab Saudi. Virus SARS tahun 2003 juga merupakan
kelompok virus Corona dan dapat menimbulkan pneumonia berat akan tetapi
berbeda dari virus MERS CoV.
MERS-CoV adalah penyakit sindrom
pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan
mulai dari yg ringan s/d berat. Gejalanya adalah demam, batuk dan sesak nafas,
bersifat akut, biasanya pasien memiliki penyakit ko-morbid.
Median usia 50 tahun (range 2-94
tahun). 61 % kasus laki – laki. Kasus dengan Ko-morbid. Indonesia termasuk
negara yang paling rentan terjangkit Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS).
Penyakit yang pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada tahun 2012 ini sejauh
ini sudah menginfeksi 495 orang di 12 negara dan lebih dari 100 orang meninggal
dunia.
MERS memang rentan menyebar di
Indonesia mengingat sekitar 5.000 orang Indonesia pergi umrah ke Arab Saudi
setiap hari. Jumlah itu diperkirakan naik signifikan pada musim libur sekolah
dan Ramadhan.
MERS (Middle East respiratory
syndrome) disebabkan oleh virus yang disebut korona virus, yang masih satu
kelompok dengan virus SARS.
Gejala penyakit ini mirip dengan
flu, yakni demam, batuk, dan sesak napas. Namun, virus ini akan menyerang hebat
jika menginfeksi saluran pernapasan.
Pernyataan
WHO pada 17 Juli 2013 pada pertemuan IHR Emergency Committee mengenai MERS CoV
menyatakan bahwa MERS-CoV merupakan situasi serius dan perlu perhatian besar
namun belum terjadi kejadian darurat kesehatan masyarakat. Status darurat
kesehatan atau “Public health emergency of international concern” (PHEIC) akan
diberikan jika virus tersebut meluas ke negara-negara lain namun sejak
dilaporkan munculnya virus tersebut pada September 2012-1 Agustus 2013 semua
kasus tersebut masih berhubungan dengan negara-negara di Jazirah Arab, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Jumlah kasus MERS-CoV yang terkonfirmasi
sebanyak 94 kasus dan meninggal 47 orang dengan sembilan negara yang melaporkan
kasus ini yaitu Prancis, Italia, Yordania, Qatar, Arab Saudi, Tunisia, Jerman,
Inggris dan Uni Emirat Arab. Dengan persentase kematian (CFR/Case Fatality
Rate) mencapai 50 persen, MERS-CoV menjadi salah satu ancaman terutama
menjelang musim haji.
Virus
ini berbeda dengan coronavirus lain yang telah ditemukan sebelumnya, sehingga
kelompok studi corona virus dari Komite Internasional untuk Taksonomi Virus
memutuskan bahwa novel corona virus tersebut dinamakan sebagai MERS-Cov. Virus
ini tidak sama dengan corona virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS), namun mirip dengan corona virus yang terdapat pada kelelawar.
Pada
kurun waktu tiga bulan, sejak April s.d Juni 2013, jumlah infeksi MERS-Cov di
dunia tercatat sebanyak 64 kasus (Saudi Arabia 49 kasus, Italia 3 kasus, United
Kingdom 3 kasus, Perancis 2 kasus, Jordania 2 kasus, Qatar 2 kasus, Tunisia 2
kasus, dan Uni Emirat Arab 1 kasus) dengan 38 kematian.
Koronavirus adalah virus dari famili coronavida yang bisa
menyebabkan berbagai macam penyakit. Koronavirus terbagi menjadi tiga golongan.
Golongan satu dan dua yang menginfeksi mamalia, dan golongan tiga yang
menginfeksi burung. Penyakit yang disebabkan oleh koronavirus sangat
bervariasi, mulai dari flu biasa hingga penyakit pernapasan yang mematikan
seperti SARS dan MERS.
2.2. Cara Penularan
Berikut
adalah cara penularan dari virus MERS. Virus ini dapat menular antar manusia
secara terbatas, dan tidak terdapat transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan.
Kemungkinan penularannya dapat melalui :
1. Langsung : melalui percikan dahak
(droplet) pada saat pasien batu atau bersin.
2. Tidak Langsung : melalui kontak
dengan benda yang terkontaminasi virus.
MERS-CoV ini
tertular dengan kontak langsung seperti:
a. Penderita
yang membutuhkan perawatan dari petugas kesehatan atau anggota keluarga
penderita atau mempunyai kontak langsung secara fisik.
b. Penderita
yang tinggal satu rumah atau berkunjung ke tempat penderita yang terinfeksi.
Sumber
penularan
Sumber
penularan masih belum diketahui tetapi sumber virus berasal dari
binatang.MERS-CoV ini ditemukan pada unta di Qatar, Mesir dan Saudia Arabia,
dan kelelawar di Saudia Arabia.
Unta di
beberapa negara dengan hasil positif antibodi terhadap MERS-CoV ini yang
awalnya unta ini sudah terinfeksi MERS-CoV, tetapi dengan hasil ini belum yakin
apakah unta menjadi sumber utama virus MERS tersebut.
Penelitian
lebih lanjut di butuhkan mengenai peranan unta, kelelawar dan binatang-binatang
lainnya yang menjadi sumber penularan dari virus MERS ini.
Risiko tinggi terkena MERS
1.
Usia lanjut > 65 tahun
2.
Anak dibawah 12 tahun
3.
Ibu hamil
4.
Menderita penyakit paru kronis
5.
Mempunyai komorbid seperti penyakit kencing manis (DM)
dan hipertensi.
v
Pengobatan
Belum ada pengobatan yang di rekomendasikan untuk
MERS-CoV.
Terapi diberikan sesuai dengan gejala - gejala
yang dialami dan juga belum ada vaksin ditemukan untuk MERS ini.
v Negara
yang terserang
·
Ada 9 negara yang telah melaporkan kasus
MERS-CoV (Perancis, Italia, Jordania, Qatar, Arab Saudi, Tunisia, Jerman,
Inggris dan Uni Emirat Arab).
·
Semua kasus berhubungan dengan negara di
Timur Tengah (Jazirah Arab), baik secara langsung maupun tidak langsung.
v Jumlah
kasus, dan Kondisi Indonesia saat ini
·
Sejak September 2012 s/d 01 Agustus 2013
jumlah kasus MERS-CoV yang terkonfirmasi secara global sebanyak 94 kasus dan
meninggal 47 orang (CFR 50 %).
·
Hingga saat ini belum ada laporan kasus
di Indonesia.
2.3.
Pencegahan
Pencegahan
dengan PHBS, menghindari kontak erat dengan penderita, menggunakan masker,
menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan dengan memakai sabun dan
menerapkan etika batuk ketika sakit.
Ø Beberapa
pencegahan virus MERS, yaitu :
·
Masyarakat tetap bisa melakukan
perjalanan atau berkunjung ke negara-negara Arabia Peninsula dan sekitarnya,
karena World Health Organization (WHO) dan Center for Disease Control and
Prevention (CDC) Amerika Serikat tidak akan mengeluarkan surat travel warning
tentang kesehatan kepada negara-negara yang terkait dengan MERS-Cov. Namun, hal
yang perlu diantisipasi oleh masyarakat yang akan berpergian ke negara-negara
tersebut, yaitu jika terdapat demam dan gejala sakit pada saluran pernapasan
bagian bawah, seperti halnya: batuk, atau sesak napas dalam kurun waktu 14 hari
sesudah perjalanan, segera periksakan ke dokter.
·
Belum ada vaksin khusus yang dapat
mencegah terjadinya penyakit ini.
·
Pencegahan tetap dapat dilakukan dengan
memperkuat imunitas tubuh.
·
Tutuplah hidung dan mulut dengan tisu
ketika batuk ataupun bersin dan segera buang tisu tersebut ke tempat sampah
·
Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut
dengan tangan yang belum dicuci
·
Menghindari kontak erat dengan
penderita, menggunakan masker, menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci
tangan dengan sabun dan menerapkan etika batuk ketika sakit
·
Gunakan masker dan jaga sanitasi tubuh
dan lingkungan. Bila diperlukan bagi penderita penyakit kronik, di kerumunan
orang, badan tidak fit dan lain lain gunakan masker
·
Tindakan isolasi dan karantina mungkin
dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit MERS-CoV.
·
Hindari bepergian atau naik kendaraan
umum namun jika terpaksa maka jangan menutup jendela atau pintu
·
Hindarilah tempat-tempat umum dan ramai
khususnya di daerah dekat rumah sakit, internet cafe, tempat-tempat nongkrong,
bioskop, dan perpustakaan, jika kamu melakukannya maka pakailah masker dan
cucilah tangan anda secara bersih dan teratur.
·
Hindarilah mengunjungi pasien dan
periksa ke dokter di rumah sakit khususnya yang ada pasien MERS. Hindari kontak
secara dekat dengan orang yang sedang menderita sakit, misalnya ciuman atau
penggunaan alat makan/minum bersama
·
Cuci tangan dengan sabun dan jangan
menyentuh mulut, hidung, dan mata dengan tangan telanjang
·
Jagalah keseimbangan gizi diet dan
hendalah berolahraga secara teratur untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh
kita
·
Anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya
melemah harus memakai masker sepanjang waktu untuk menhindari menyebarnya
cairan tubuh seperti ludah/air liur
·
Periksalah suhu badan Anda secara
teratur dan tetaplah hati-hati dengan kondisi kesehatan Anda
·
Menjaga sirkulasi udara di kamar
·
Rajin rajin Cuci Tangan Pakai Sabun.
Bila tangan tidak tampak kelihatan kotor gunakan antiseptik.
·
Bersihkan menggunakan desinfektan untuk
membersihkan barang-barang yang sering disentuh. Gunakan pemutih ( bleach )
yang tersedia di pasar (dengan kandungan kimia 8-12%). Ini adalah cara
paling murah dan efektif mematikan kuman. Persiapan: Pakailah sarung tangan
anti air, Campurlah pemutih dengan air dengan ukuran 1:100
(pemutih/bleach:air/water). Bersihkanlah tempat-tempat yang sering
dilewati orang secara teratur dan selama masa penyebaran virus, lebih baik
bersihkanlah/basmilah kuman rumah Anda setiap hari.
·
Sejauh kita menjaga diri, memakai masker
dan mencuci tangan secara teratur, dilanjutkan dengan instruksi karantina maka
kita semua dapat menghindari infeksi. Tidak perlu terlalu panik atau
mendiskriminasi tersangka atau penderita. Tidak semua orang adalah
pembawa virus, dengan lebih mengaja diri berarti kamu sudah memberikan dukungan
yang luar biasa kepada para pasien untuk sembuh lebih cepat dan menambah sistem
kekebalan tubuh.
·
Mematuhi praktek – praktek pengamanan
makanan seperti menghindari daging yang tidak dimasak atau penyediaan makanan
dengan kondisi sanitasi yang baik, Mencuci buah dan sayuran dengan benar,
·
Menghindari kontak yang tidak perlu
dengan hewan – hewan yang diternakkan, hewan peliharaan dan hewan liar.
·
Jemaah yang kembali harus diberi saran
bahwa jika mereka mengalami sakit saluran pernapasan akut disertai demam dan
batuk (cukup mengganggu kegiatan sehari-hari) pada periode 2 minggu (14 hari)
setelah kembali untuk segera mencari pengobatan dan memberitahu otoritas
Kesehatan setempat.
·
Orang – orang yang kontak erat dengan
jemaah atau pelancong yang mengidap gejala – tanda sakit saluran pernapasan
akut yang disertai demam dan batuk (sehingga cukup mengganggu kegiatan sehari –
hari), disarankan untuk melapor ke otoritas Kesehatan setempat guna mendapat
pemantauan MersCoV dengan membawa kartu health alert yang dibagikan ketika
berada diatas alat angkut atau ketika tiba di bandara kedatangan.
·
Jika ada keluhan / gejala seperti
tersebut diatas segera hubungi petugas kesehatan, baik selama di Arab Saudi
maupun sampai 2 minggu sesudah sampai Indonesia
·
Meski vaksn belum ditemukan teapi ada
harapan baru ketika Dalam sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Science
Translational Medicine menemukan dua antibodi, yaitu MERS-4 dan MERS-27,
yang mampu memblokir sel-sel dalam piring laboratorium yang terinfeksi virus
MERS. Hal ini adalah awalnya. Hasil mengisyaratkan bahwa antibodi ini,
terutama yang dikombinasikan, dapat menjadi kandidat menjanjikan untuk
intervensi terhadap MERS. Peneliti telah menemukan telah
menemukan beberapa antibodi penetral yang mampu mencegah bagian kunci dari
virus untuk menempel pada pembawa dan menginfeksi sel-sel tubuh manusia.
Antibodi merupakan protein yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh yang
mengenali virus dan bakteri asing. Antibodi penetral merupakan salah satu
yang tidak hanya mengenali virus tertentu namun juga mencegahnya menginfeksi
sel inang, yang berarti tidak ada infeksi dari orang atau binatang itu.
v Pendapat
WHO
Pernyataan WHO
tanggal 17 Juli 2013 pada pertemuan IHR Emergency Committee concerning MERS-CoV
menyatakan bahwa MERS-CoV merupakan situasi serius dan perlu perhatian besar
namun belum terjadi kejadian kedaruratan kesehatan masyarakat Internasional.
(PHEIC/Public Health Emergency of International Concern).
v Usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk kesiapsiagaan MERS-CoV
1. Peningkatan
kegiatan pemantauan di pintu masuk negara (Point of Entry).
2. Penguatan
Surveilans epidemiologi termasuk surveilans pneumonia.
3. Pemberitahuan
ke seluruh Dinkes Provinsi mengenai kesiapsiagaan menghadapi MERS-CoV, sudah
dilakukan sebanyak 3 kali.
4. Pemberitahuan
ke 100 RS Rujukan Flu Burung, RSUD dan RS Vertikal tentang kesiapsiagaan dan
tatalaksana MERS-CoV.
5. Menyiapkan
dan membagikan 5 (lima) dokumen terkait persiapan penanggulangan MERS-CoV, yang
terdiri dari : 1). Pedoman umum MERS-CoV. 2) Tatalaksana klinis. 3)
Pencegahan Infeksi. 4) Surveilans di masyarakat umum dan di pintu
masuk negara. 5) Diagnostik dan laboratorium
6. Semua
petugas TKHI sudah dilatih dan diberi pembekalan dalam penanggulangan MERS-CoV.
7. Menyiapkan
pelayanan kesehatan haji di 15 Embarkasi / Debarkasi (KKP).
8. Meningkatkan
kesiapan laboratorium termasuk penyediaan reagen dan alat diagnostik.
9. Diseminasi
informasi kepada masyarakat terutama calon jemaah haji dan umrah serta petugas
haji Indonesia.
10. Meningkatkan
koordinasi lintas program dan lintas sektor seperti BNP2TKI, Kemenhub, Kemenag,
Kemenlu dan lain-lain tentang kesiapsiagaan menghadapi MERS-CoV.
11. Melakukan
kordinasi dengan pihak kesehatan Arab Saudi.
12. Meningkatkan
hubungan Internasional melalui WHO dll.
2.4.Perjalanan
Alamiah Virus Mers
2.5.Hubungan
Epidemiologis Langsung
Adalah
apabila dalam waktu 14 hari sebelum timbul sakit :
• Melakukan kontak fisik erat, yaitu
seseorang yang kontak fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung
(bercakap-cakap dengan radius 1 meter) dengan kasus probable atau konfirmasi
ketika kasus sedang sakit. Termasuk kontak erat antara lain :
Petugas
kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan membersihkan ruangan di tempat
perawatan kasus
1. Orang
yang merawat atau menunggu kasus di ruangan
2. Orang
yang tinggal serumah dengan kasus
3. Tamu
yang berada dalam satu ruangan dengan kasus
•
Bekerja bersama dalam jarak dekat atau didalam satu ruangan
•
Bepergian bersama dengan segala jenis alat angkut / kendaraan
v Kontak
erat adalah :
-
Seseorang yang merawat pasien termasuk petugas kesehatan atau anggota keluarga,
atau seseorang yang berkontak erat secara fisik.
-
Seseorang yang tinggal ditempat yang sama (hidup bersama, mengunjungi) kasus
probable atau kasus konfirmasi ketika kasus sedang sakit
Jemaah haji yang baru pulang dari Saudi Arabia
dilakukan pengamatan selama 14 hari sejak tanggal kepulangan. Jamaah haji
diberikan K3JH dan bila dalam kurun waktu 14 hari sejak tanggal kepulangan
mengalami sakit batuk, demam, sesak napas agar datang ke petugas kesehatan
dengan membawa K3JH.
v Penatalaksanaan
kasus
Sampai saat ini belum ada pengobatan
yang bersifat spesifik, pengobatan hanya bersifat suportif tergantung kondisi
keadaan pasien. WHO tidak merekomendasikan pemberian steroid dosis tinggi.
Belum ada vaksin tersedia untuk MERS-CoV
v Pengendalian
Infeksi
Transmisi
penularan virus MERS-CoV belum jelas, dapat terjadi melalui :
»»
Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau bersin.
»»
Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
Semua protokol pengendalian dan
pencegahan infeksi MERS-CoV di fasilitas kesehatan mengikuti pedoman
pengendalian infeksi pada penyakit Flu burung.
v Pemeriksaan
Laboratorium
Spesimen yang baik untuk pemeriksaan virus MERS-CoV adalah
spesimen yang berasal dari saluran nafas bawah seperti dahak, aspirat trakea
dan bilasan bronkoalveolar. Spesimen saluran pernafasan atas (nasofaring dan
orofaring) tetap diambil terutama bila spesimen saluran pernafasan bawah tidak
memungkinkan dan pasien tidak memiliki tanda-tanda atau gejala infeksi pada
saluran pernapasan bawah. Spesimen dari saluran nafas atas dan bawah sebaiknya
ditempatkan terpisah karena jenis spesimen untuk saluran nafas atas dan bawah
berbeda, namun dapat dikombinasikan dalam satu wadah koleksi tunggal dan diuji
bersama-sama.
Virus MERS-CoV juga dapat ditemukan di dalam cairan
tubuh lainnya seperti darah, urin, dan feses tetapi kegunaan sampel tersebut di
dalam mendiagnosa infeksi MERS-COV belum pasti. Pemeriksaan diagnosis laboratorium
kasus infeksi MERS-CoV dilakukan dengan metoda RT-PCR dan dikonfirmasi dengan
teknik sekuensing.
v Dari Unta
Awal Desember 2014, ilmuwan dari belanda dan Qatar mempublikasikan
penelitian yang menyebut MERS-CoV juga menginfeksi unta. WHO menyatakan virus
tersebut berpotensi menyebar di daerah pertanian dan peternakan.
Belakangan diketahui MERS-CoV tersebar luas lewat unta Arab di Timur
Tengah. Februari 2014, sejumlah ilmuwan menerbitkan hasil riset mereka yang
menunjukkan hampir tiga perempat unta di Arab Saudi positif mengidap MERS-CoV.
CDC bahkan menemukan virus itu di tubuh kelelawar di Saudi.
Esciencenews, 5 Mei 2014, melansir hasil riset dua ahli virus
Institut Virologi Universitas Bonn Jerman, Norbert Nowotny dan Jolanta
Kolodziejek, yang menunjukkan jalur penularan MERS-CoV. Infeksi MERS-CoV pada
manusia dan unta Arab berasal dari wilayah sama, dan memiliki urutan
Ribonucleic acid (RNA) –senyawa pembawa bahan genetik– yang identik.
Temuan itu mengindikasikan adanya penularan antara binatang dan manusia
(zoonosis). “Dengan pengetahuan ini, kita dapat secara khusus beraksi atas
penyebaran virus. Kami tengah mendiskusikan vaksinasi unta. Kami bakal mampu
menghentikan penyebaran virus itu,” kata Nowotny.
Dalam investigasi kedua ilmuwan itu, dari 76 unta di Oman, ditemukan 5
unta terinfeksi virus. Peneliti kemudian membandingkan urutan RNA-nya dengan
virus sejenis dari Qatar dan Mesir. Hasil analisis menunjukkan virus memiliki
perbedaan antarwilayah.
“Ini berarti tidak ada turunan MERS-CoV yang spesifik. Tapi salah satu virusnya menginfeksi unta dan manusia,” jelas Nowotny sebagai koordinator riset.
“Ini berarti tidak ada turunan MERS-CoV yang spesifik. Tapi salah satu virusnya menginfeksi unta dan manusia,” jelas Nowotny sebagai koordinator riset.
Peneliti juga menemukan virus dalam jumlah sangat tinggi pada lapisan
tipis mata unta dan permukaan lembab lapisan hidung unta. Oleh sebab itu
ilmuwan menganggap jalur penularan MERS-CoV yang paling mungkin terjadi melalui
mata dan hidung unta.
MERS-CoV bisa menyebar antarmanusia melalui kontak antara pasien dan staf
medis, maupun melalui kontak dalam lingkup keluarga.
v Antisipasi
RI
Pemerintah
Republik Indonesia ikut mewaspadai menyebaran MERS-CoV. Mekokesra Agung Laksono
menyatakan Indonesia berhubungan dengan Timur Tengah dalam banyak hal, terutama
Arab Saudi.
“Kasus MERS
banyak. Korban meninggal dunia juga cukup banyak. Sekitar 1,2 juta WNI merantau
dan hidup di Saudi Arabia. Setiap bulan, tahun, kita mengirim ratusan ribu
jemaah umrah dan haji. Jadi kita berkepentingan melindungi warga kita,” kata
Agung Laksono
dalam konferensi pers di kantor Kemenkokesra, Jakarta Pusat.
Apalagi sebagian korban tertular setelah menjalankan ibadah umrah. Menurut Agung, sudah satu WNI yang tinggal di Saudi meninggal dunia akibat MERS-CoV. NA, 61 tahun, wafat pada 27 April 2014.
Apalagi sebagian korban tertular setelah menjalankan ibadah umrah. Menurut Agung, sudah satu WNI yang tinggal di Saudi meninggal dunia akibat MERS-CoV. NA, 61 tahun, wafat pada 27 April 2014.
Agung kemudian
merujuk pada catatan WHO yang melaporkan sebagian besar korban MERS-CoV tertular
setelah melakukan kontak dengan hewan usai berkunjung ke Timur Tengah.
“Penyebaran di negara luar Timur Tengah terjadi karena penanganan pasien
dilakukan tanpa alat pelindung diri. Terjadi pula kontak langsung dengan orang
tertular,” ujar dia.
Untuk mencegah
masuknya MERS-CoV ke Indonesia, pemerintah RI memperketat penjagaan di sejumlah
pintu masuk kunjungan wisatawan, termasuk pintu kedatangan jemaah umrah dan
haji dari Timur Tengah, khususnya Arab Saudi.
“Kami
meningkatkan pemantauan di pintu masuk negara, dan menyebar health alert
card dengan memasang leaflet serta banner di pintu masuk
Indonesia, misalnya di bandara dan pelabuhan,” kata Agung. (ren)
v Manifestasi
Klinis
·
Beberapa
gejala yang diakibatkan oleh koronavirus MERS adalah demam, batuk, napas yang
pendek-pendek, serta munculnya pneumonia dalam beberapa kasus. MERS merupakan
salah satu bentuk koronavirus yang masih misterius. Hingga saat ini peneliti
masih mencari tahu bagaimana koronavirus baru ini bisa menginfeksi manusia.
·
Sebagian besar orang yang terinfeksi
MERS-Cov berkembang menjadi penyakit saluran pernapasan berat dengan gejala
gejala demam, batuk, dan napas pendek. Sekitar separuh dari jumlah penderita
meninggal. Sebagian dari penderita dilaporkan menderita penyakit saluran
pernapasan tingkat sedang.
·
Mula-mula gejalanya mirip seperti flu
dan bisa mencakup: demam, myalgia, lethargy, gejala gastrointestinal,
batuk, radang tenggorokan dan gejala non-spesifik lainnya. Satu-satunya gejala
yang sering dialami seluruh pasien adalah demam di atas 38 °C (100.4 °F). Sesak
napas bisa terjadi kemudian.Gejala tersebut biasanya muncul 2–10 hari setelah
terekspos, tetapi sampai 13 hari juga pernah dilaporkan terjadi. Pada
kebanyakan kasus gejala biasanya muncul antara 2–3 hari. Sekitar 10–20% kasus
membutuhkan ventilasi mekanis.
·
Awalnya tanda fisik tidak begitu
kelihatan dan mungkin tidak ada. Beberapa pasien akan mengalami tachypnea dan crackle
pada auscultation. Kemudian, tachypnea dan lethargy kelihatan jelas.
2.6.Penyebaran Virus
Corona
·
Sampai saat ini, masih terus dilakukan
investigasi mengenai pola penularan MERS-Cov, karena telah ditemukan adanya
penularan dari manusia ke manusia yang saling kontak dekat dengan penderita.
Penularan dari pasien yang terinfeksi kepada petugas kesehatan yang merawat
juga diamati. Selain itu, cluster dari kasus infeksi MERS-Cov di Arab Saudi,
Jordania, the United Kingdom, Prancis, Tunisia, dan Italia juga diinvestigas
·
Data
terbaru dari CDC menunjukkan bahwa MERS terbukti bisa ditularkan antar manusia.
Meski begitu, tampaknya penyakit ini tak bisa menyebar sangat cepat seperti
SARS pada tahun 2003. Virus MERS terus mendapatkan pengawasan ketat dari para
ahli untuk berjaga-jaga jika virus ini berkembang menjadi ancaman yang semakin berbahaya.
·
Karena penyebarannya yang semakin meluas
sejak April 2012 hingga awal tahun 2013, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah
mengeluarkan peringatan sejak Mei lalu untuk mewaspadai ancaman penyebarannya.
·
Peneliti belum
mengetahui secara pasti cara virus MERS ditularkan ke manusia, namun virus ini
sudah ditemukan pada kelelawar dan unta. Para pakar mengatakan unta
kemungkinan besar menjadi binatang pembawa, yang kemudian menularkannya pada
manusia.
·
Belum diketahui dengan jelas asal mula
virus ini menyebar, namun, beberapa peneliti menduga bahwa penyebaran virus
berasal dari salah satu jenis Kelelawar yang banyak ditemukan di kawasan Timur
Tengah.
·
Unta hampir dipastikan menjadi sumber
virus korona MERS di Timur Tengah. Hasil penelitian di negara tersebut menunjukkan
kebanyakan unta, meski tidak semua, terinfeksi jenis virus yang secara genetik
hampir identik dengan virus yang menginfeksi manusia. Penelitian ini dilakukan
oleh tim dari Universitas Columbia, Universitas King Saud, dan EcoHealth
Alliance.
·
Penyakit itu awalnya
diyakini telah berpindah dari unta ke manusia, pertama kali tampaknya menular
lewat kontak yang dekat dengan hewan-hewan itu. Akan tetapi akhir-akhir ini,
para petugas kesehatan yang merawat penderita MERS juga jatuh sakit akibat
virus itu.
·
Kesimpulan dicapai setelah para peneliti
menemukan adanya kecocokan genetik 100 persen pada virus yang menginfeksi
kelelawar jenis tersebut dengan manusia pertama yang terinfeksi.
·
Spekulasi lain yang terdapat di kalangan
para peneliti menyebutkan bahwa selain Kelelawar, Unta juga diduga kuat
berkaitan dengan asal mula dan penyebaran virus Corona, dimana ditemukan
antibodi terhadap virus ini dalam tubuh hewan khas Timur Tengah itu.
·
Mekanisme penyebaran virus Corona dari
hewan ke manusia masih diteliti sampai saat ini, meskipun ada dugaan bahwa
manusia pertama yang terinfeksi mungkin pernah secara tidak sengaja menghirup
debu kotoran kering Kelelawar yang terinfeksi.
·
Saat ini, para peneliti masih
menyelidiki kemungkinan hewan lain yang menjadi mediator penularan virus Corona
guna menangani meluasnya penyebaran penyakit ini, mengingat bahwa jenis virus
ini dikatakan lebih mudah menular antar-manusia dengan dampak yang lebih
mematikan dibandingkan SARS.
v
Penanganan
·
Hingga saat ini belum ada vaksin yang
spesifik dapat mencegah infeksi MERS-Cov. Selain itu, belum ditemukan juga
metode pengobatan yang secara spesifik dapat menyembuhkan penyakit yang
disebabkan oleh MERS-Cov. Perawatan medis hanya bersifat supportive untuk
meringankan gejala.
·
Pengobatan para penderita SARS biasanya
dilakukan dengan perawatan intensif di rumah sakit, terutama jika terjadi sesak
napas. Penderita akan ditempatkan di ruang isolasi agar tidak menyebarkan virus
ke mana-mana.
·
Penderita yang dicurigai harus
diisolasi, lebih baiknya di ruangan tekanan negatif, dengan kostum pengaman
lengkap untuk segala kontak apapun dengan pasien.
·
Antibiotik masih belum efektif.
Pengobatan hingga kini masih bergantung pada anti-pyretic, supplemen
oksigen dan bantuan ventilasi.
·
Penggunaan steroid dan antiviral drug
ribavirin, namun tidak ada bukti yang mendukung terapi ini. Sekarang banyak
juru klinik yang mencurigai ribavirin tidak baik bagi kesehatan.
·
Ilmuwan kini sedang mencoba segala obat
antiviral untuk penyakit lain seperti AIDS, hepatitis, influenza dan lainnya
pada coronavirus.
·
Ada keuntungan dari penggunaan steroid
dan immune system modulating agent lainnya pada pengobatan pasien yang
parah karena beberapa bukti menunjukkan sebagian dari kerusakan serius yang
disebabkan oleh reaksi yang berlebihan oleh sistem kekebalan tubuh terhadap
virus. Penelitian masih berlanjut pada area ini.
2.7.Tanda dan gejala
Laporan awal membandingkan virus ini dengan sindrom pernapasan
akut berat (SARS), dan dijuluki dengan virus mirip
SARS dari Arab Saudi. Gejala infeksi MERS-CoV termasuk gagal ginjal dan pneunomia akut, yang seringkali berakibat
fatal. Pasien pertama yang tercatat pada bulan Juni 2012 mengalami "demam,
batuk berdahak, dan sesak napas selama 7 hari. MERS memiliki masa
inkubasi sekitar
12 hari. MERS kadang juga dapat menyebabkan pneumonia, baik pneunomia
viral maupun pneunomia
bakterial.
Ø Terapi
Tidak ada pengobatan yang diketahui
bagi penderita MERS hingga saat ini. Beberapa terapi bisa dilakukan melalui inhibitor
DPP4.Perawatan terhadap penderita virus
SARS bisa dijadikan dasar bagi perawatan wabah MERS-CoV; interferon antara α2b
dan Ribavirin akan memengaruhi replikasi
MERS-coV.
Gejala
dari infeksi MERS sangat mirip dengan influenza sehingga diistilahkan "flu
like syndrome". Penderita MERS akan mengalami batuk dan keluar lendir yang
berlebihan dari hidungnya. Bedanya, pada yang terinfeksi MERS juga akan timbul
demam tinggi minimal 38 derajat celsius dan sesak napas.
Gejalanya
juga memiliki kemiripan dengan sindrom pernapasan akut berat (SARS). Keduanya
sama-sama pneumonia yang disebabkan oleh virus. Gejalanya bisa berupa flu
biasa hingga infeksi saluran pernapasan bawah atau radang paru.
Masa inkubasi
dari virus hingga menyebabkan penyakit adalah dua hingga 14 hari. Sehingga
mungkin saja seseorang terinfeksi virus corona MERS di Timur Tengah dan
kemudian gejala baru timbul begitu sudah kembali ke negara asal.
Kementerian Kesehatan Arab Saudi telah mengkonfirmasi jumlah kasus infeksi MERS sebanyak 411 dan 112 kematian (per Sabtu, 3 Mei 2014). Sejauh ini belum ditemukan vaksin antiMERS.
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) = Sindrom
Pernafasan (dari negara) Timur Tengah disebabkan virus korona yang disebut
Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). Penamaan MERS-CoV
diputuskan oleh Kelompok Studi Virus Korona (CSG) dari Komite Internasional
Taksonomi Virus (ICTV) pada Mei 2013. Laporan awal seperti gejala pada virus
sindrom pernapasan akut parah (SARS), dan dinamakan sebagai virus SARS Arab
Saudi. Gejala infeksi MERS-CoV termasuk gagal ginjal dan radang paru-paru akut,
yang sering menyebabkan hasil yang fatal.
Kasus pertama dilaporkan terjadi di Arab Saudi pada
bulan Juni 2012, memiliki sejarah 7 hari demam, batuk, dahak, dan sesak napas.
MERS memiliki masa inkubasi sekitar 12 hari. MERS kadang-kadang dapat
menyebabkan pneumonia, radang paru-paru baik secara langsung atau pneumonia
bakteri sekunder. Virus yang mirip dengan SARS ini bahkan menyebar hingga ke
Amerika Serikat. Seorang warganya dilaporkan sakit setelah mengunjungi pamannya
di Riyadh, Arab Saudi.
MERS-CoV biasa disebut novel coronavirus atau nCoV.
Virus ini berbeda dengan virus korona lain yang ditemukan pada manusia. Seperti
virus SARS, MERS-CoV paling mirip dengan virus korona yang ditemukan pada
kelelawar. Namun, Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat masih
mempelajarinya. Sebagian besar orang yang terinfeksi MERS menderita penyakit
pernapasan akut dengan gejala demam, batuk dan sulit bernapas. Setengah dari
mereka yang terinfeksi meninggal dunia. Sebagian lainnya dilaporkan memiliki
gangguan pernapasan ringan.
MERS menyebar antarmanusia yang melakukan kontak
langsung. Transmisi virus dari pasien ke perawat tengah dipelajari. Hingga saat
ini belum diketahui dari mana virus korona berasal. Diduga virus ini berasal
dari hewan. Selain pada manusia, MERS-CoV juga ditemukan pada unta di Qatar,
Mesir dan Arab Saudi dan kelelawar di Saudi. Unta di beberapa negara lain hasil
tesnya positif mempunyai antibodi MERS. Hal ini menunjukkan mereka sebelumnya
pernah terinfeksi MERS atau virus yang memiliki hubungan dekat dengan MERS.
Namun, belum dikonfirmasi apakah virus ini benar datang dari unta
Belum ada pengobatan MERS yang diketahui. Untuk saat
ini, vaksinasi influenza tahunan dan 5 tahun vaksinasi pneumokokus diberikan
untuk mengurangi atau melemahkan keparahan infeksi MERS.
v Para peneliti AS telah menemukan antibodi untuk melawan
virus Mers
Sindrom
pernapasan ini, ditemukan pada September 2012 di Arab Saudi. Virus ini telah
menyebabkan lebih dari seratus orang telah meninggal, dan semakin meningkat
akhir pekan ini.
Para
peneliti AS telah mengidentifikasi antibodi manusia yang efektif untuk melawan
sindrom pernapasan coronavirus di Timur Tengah (MERS / Middle East Respiratory
Syndrome), membuka jalan yang potensial untuk pengobatan penyakit menular, yang
seringkali berakibat fatal ini. Saat ini belum ada vaksin atau antivirus untuk
mengobati MERS. Infeksi saluran pernafasan akut ini telah tercatat menimbulkan
angka kematian melebihi 40%. Mers muncul pertama kali di Arab Saudi pada bulan
September 2012, dan sejak itu telah menyebabkan kematian lebih dari 100 orang
dengan percepatan yang serius dalam beberapa pekan terakhir, termasuk 39
kematian akhir pekan ini.
Antibodi
yang saat ini masih diisolasi oleh para peneliti di Institut Kanker Dana-Farber
di Boston (Massachusetts, utara-timur), mampu menetralisir bagian
penting dari virus yang berguna untuk menempelkan dirinya sendiri ke reseptor
tubuh manusia, untuk menginfeksi sel, kata Dr Wayne
Marasco,
salah seorang dari para peneliti. Penemuan mereka telah dipublikasikan Kamis
dalam Proceeding of National Academy of Sciences (PNAS) pada tanggal 28 April-2
Mei. Virologists ini menemukan antibodi tersebut dalam "Bank" yang
berisi 27 miliar antibodi manusia yang disimpan dalam freezer di Dana-Farber,
salah satu "Bank antibodi" yang terbesar di dunia.
Antibodi
adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengenali
virus dan bakteri yang asing bagi tubuh. Beberapa mampu menetralisir virus dan
bakteri patogen tertentu dan mencegah mereka menginfeksi sel manusia.
v Ciri-ciri
virus mers
Penyakit yang disebabkan oleh virus Corona
MERS (Middle East respiratory syndrome coronavirus) mulai mengancam
kesehatan masyarakat, khususnya mereka yang akan pergi atau tengah berada di
Arab Saudi. Pasalnya, virus MERS sudah banyak menjangkiti masyarakat di
negara Timur Tengah tersebut.
Virus
MERS merupakan anggota keluarga virus corona yang sama dengan virus SARS
Corona, tapil lebih mematikan. Rata-rata angka kematian akibat MERS itu
mencapai 50%, sedangkan angka kematian oleh SARS rata-rata hanya 10%.
Menurut Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FAC, Praktisi
klinis dari FKUI-RSCM, virus corona jenis baru tersebut sangat
berbahaya karena dapat menular dari orang ke orang, serta tingkat
mortalitasnya yang tinggi.
Hingga saat ini, infeksi MERS sudah mendera sejumlah negara, di antaranya
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Tunisia, Jordan, Inggris, Jerman, Perancis,
dan Italia. Karena baru terdeteksi sekitar tahun 2012, hingga saat ini belum
ada obat ataupun vaksin yang bisa menyembuhkan virus MERS.
Lebih lanjut, Dr Ari mengatakan bahwa ciri-ciri penyakit MERS itu
sangat mirip dengan penyakit flu biasa. Karenanya sangat susah untuk
dibedakan, tanpa adanya pemeriksaan medis di rumah sakit.
“Gejalanya
susah dibedakan dari flu lain,” kata Dr Air.
Meskipun
demikian, berikut ada beberapa ciri umum dari virus MERS:
a. Gangguan
pernapasan, seperti ISPA dan napas pendek atau tersengal-sengal
Demam di atas 38 derajat celcius yang disertai gangguan pernapasan.
Demam di atas 38 derajat celcius yang disertai gangguan pernapasan.
b. Batuk
dan bersih
c. Pneumonia
dan gagal ginjal, pada penderita yang sudah parah
d. Sakit
dada
Virus MERS ini biasanya akan menyerang orang-orang yang memiliki
kekebalan tubuh rendah, seperti lansia, anak kecil, orang yang sedang
kelelahan, dan orang yang dalam perjalanan. Karenanya, Anda harus
menjaga kesehatan tubuh dengan baik.
1.
Gampang menular
Arab Saudi adalah sumber penularan pertama, dengan jumlah kasus mencapai
378 dan 107 kematian. Tetapi sedikitnya ada 14 negara yang juga melaporkan
kasus penyakit ini, antara lain Mesir, Jordania, Kuwait, Qatar, Uni Emirat
Arab, Tunisia, Malaysia, Oman, Perancis, Yunani, Italia, Inggris, Filipina, dan
kini Amerika Serikat.
Virus korona penyebab penyakit ini menular antar manusia melalui kontak
dekat. Tetapi virus ini juga diketahui menyebar antar hewan.
§ Mematikan
Menurut WHO, sekitar sepertiga orang yang terinfeksi virus MERS meninggal
dunia. Kebanyakan kasus yang fatal terjadi pada orang lanjut usia dan orang
yang sudah memiliki gangguan medis.
§ Mirip
flu
Gejala infeksi MERS antara lain demam dan batuk, sangat mirip dengan flu.
MERS juga bisa menyebabkan diare dan sesak napas, dan bisa menyebabkan
komplikasi berupa radang paru dan gagal ginjal.
§ Berasal
dari unta dan kelelawar
Meski sumber pertama MERS masih belum diketahui, tetap para ilmuwan
menduga kuat penyakit ini berasal dari unta. Penelitian mengkonfirmasi unta dan
kelalawar di Arab Saudi positif memiliki virus ini.
§ Belum
ada obatnya
Tidak ada terapi pengobatan penyakit MERS. Orang yang terinfeksi akan
diberikan terapi pendukung sesuai gejala-gejala yang dialami. Vaksinnya juga
belum ditemukan.
BAB
III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat di
simpulkan bahwa MERS
adalah singkatan dariMiddle East Respiratory Syndrome Corona Virus. Virus ini
merupakan jenis baru dari kelompokCoronavirus (Novel Corona Virus). Virus ini
pertama kali dilaporkan pada bulan September 2012 di Arab Saudi. Virus SARS
tahun 2003 juga merupakan kelompok virus Corona dan dapat menimbulkan
pneumonia berat akan tetapi berbeda dari virus MERS CoV.
MERS-CoV
adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang
menyerang saluran pernapasan mulai dari yg ringan s/d berat. Gejalanya adalah
demam, batuk dan sesak nafas, bersifat akut, biasanya pasien memiliki penyakit
ko-morbid.
3.2. Saran
Melalui makalah ini saya selaku
penyusun makalah ini berharap agar pembaca senantiasa memperdulikan akan
kesehatannya sendiri, lingkungan dan sekitarnya agar terhindar dari penyakit menular
khususnya Virus MERS dengan mengetahui
apa itu virus mers dan bagaimana cara mencegahnya agar terhindar dari virus
mers.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar